Jadi begini, sesekali waktu aku sangat menginginkanmu karna bagaimanapun kenyamanan menunjukan dimana seharusnya aku berada. Ku pikir seharusnya aku di sisimu,dan menjadi bagian dari keluargamu, ya...karna aku merasa seharusnya begitu. Memperjuangkanmu jadi hal yang menarik dan membuatku enggan duduk dengan laki-laki lain. Terlebih lagi aku jadi enteng menerima keadaan apapun darimu. Tepatnya, kehilangan idealisme. Aku menunggumu beib, berangan-angan menunggumu menjemputku, menunggumu pulang, menunggu telpon darimu, menunggumu berkeluh-kesah. Terkadang butuh waktu lebih lama untuk bertemu orang yang dicintai. Meski, ya... Kamu tidak sekalipun berpikir begitu, but... Am waiting you here, as always.
Minggu, 15 Desember 2013
Sabtu, 14 Desember 2013
Sikat gigi

Kita kembali melanjutkan diskusi ringan mengenai cium mencium dan gigi. Yap, memang perempuan illfeel melihat gigi laki-laki kekuningan, rambut idung keluar dan bau mulut yang gak karuan. Terkadang itu jadi alasan tersembunyi kenapa pasanganmu enggan di cium atau memilih di cium di bagian yang lain, dahi misalnya. Itu hanya kamuflase dari penolakan yang halus. Satu lagi, kebanyakan sie... tidak semua, perempuan suka sisa-sisa bau nikotin dari nafas laki-laki tapi tidak suka terkena asap rokok. Hembb, makin lama obrolan kami semakin seru. Aku lebih suka berciuman dari pada yang lain, begitu pengakuanmu. Berciuman itu seperti bermain kembang api letupanya sebentar, bikin penasaran. Hahahahaha...
Semakin malam dan kamu mengajaku pulang. Kuantar kau sampai gerbang, biar ayah ibumu tenang ya.. sambil tersenyum kamu mengemudi pelan-pelan. Ah... iya aku lupa bilang, dia tetangga baruku dan aku baru pindah sekitar 2 bulan. Sesampai di gerbang, kami berdiam dalam mobil, hening. Sampai ahirnya, kita jadi makin penasaran....
Kamis, 05 Desember 2013
Nin...
Ini malam jumat Nin, malam pengajian, malam hantu-hantu gentayangan, juga malam pasutri telanjang. Sempat awalnya kita tidak peduli tentang hari. Berlari menikmati senja kapan saja. Sekarang pun begitu, selain hari, kamu tidak lagi peduli padaku.
Nin, rambutku mulai beruban, kita semakin berubah. Waktu menjadi terasa mahal, terlebih milikmu. Hidupmu teramat kompleks sepertinya, pekerjaan, keluarga, pacar, masa depan. Ah...apapun itu, semua manusia dewasapun begitu. Beban kita sama sebenarnya, hanya saja mencintai sepihak itu bonus tersendiri untukku. Nin, kalau suatu waktu ingat, kabari aku kapan kamu siap mencintaiku.
Nin, rambutku mulai beruban, kita semakin berubah. Waktu menjadi terasa mahal, terlebih milikmu. Hidupmu teramat kompleks sepertinya, pekerjaan, keluarga, pacar, masa depan. Ah...apapun itu, semua manusia dewasapun begitu. Beban kita sama sebenarnya, hanya saja mencintai sepihak itu bonus tersendiri untukku. Nin, kalau suatu waktu ingat, kabari aku kapan kamu siap mencintaiku.
Senin, 23 September 2013
Sebuah Tangan
Sebuah Tangan, yang awalnya ku pinjam sebentar. Beberapa menit untuk satu jam, 5 bulan.
"Pantai Timang, kami datang", itu judul yang ku beri pada album foto facebook tentang liburan bersama berenam.
Aku meminjam tanganmu sebentar dan sudah berjalan 5 bulan tersimpan, aman.
Aku suka tanganmu dan jam "Seiko" yang sekarang sudah berganti dengan seiko-seiko yang lain. Aku merasa bertanggung jawab untuk membelikanmu semacam itu, sayangnya kamu menggantinya terlebih dulu tanpa permisi.
Kebersamaan itu berharga karena semua terkadang menjadi berbeda setelahnya. Kamu tidak lagi minum susu malam-malam dan apsen ketika pulang. "Jangan menungguku pulang, tidurlah lebih dulu" Itu katamu setiap malam. Dan aku tetap bertahan di depan TV sampai jam 12an.
Berteman itu menyenangkan apalagi denganmu, itu yang aku pertahankan sampai entah kapan. Menyimpan itu pekerjaan perempuan, tenang... aku tau, kamu tidak suka kusukai. Sampai kapanpun, mungkin jika Tuhan berkehendak, aku akan selalu jadi temanmu. Sialnya.
"Pantai Timang, kami datang", itu judul yang ku beri pada album foto facebook tentang liburan bersama berenam.
Aku meminjam tanganmu sebentar dan sudah berjalan 5 bulan tersimpan, aman.
Aku suka tanganmu dan jam "Seiko" yang sekarang sudah berganti dengan seiko-seiko yang lain. Aku merasa bertanggung jawab untuk membelikanmu semacam itu, sayangnya kamu menggantinya terlebih dulu tanpa permisi.
Kebersamaan itu berharga karena semua terkadang menjadi berbeda setelahnya. Kamu tidak lagi minum susu malam-malam dan apsen ketika pulang. "Jangan menungguku pulang, tidurlah lebih dulu" Itu katamu setiap malam. Dan aku tetap bertahan di depan TV sampai jam 12an.
Berteman itu menyenangkan apalagi denganmu, itu yang aku pertahankan sampai entah kapan. Menyimpan itu pekerjaan perempuan, tenang... aku tau, kamu tidak suka kusukai. Sampai kapanpun, mungkin jika Tuhan berkehendak, aku akan selalu jadi temanmu. Sialnya.
Langganan:
Komentar (Atom)