Senin, 10 Desember 2012

Seorang Juru Parkir

Seperti minggu lalu, ini kedua kalinya aku berjualan di "Pasar Tumpah", pasar yang tumpah hanya di minggu pagi.  Masih pagi, kisaran jam setengah lima'an aku mulai menata lapak untuk berjualan kentang tornado, semacam kentang yang di potong ulir dan di tusuk dengan lidi panjang. Harganya cukup murah, 4 ribu saja. Hehe...pedangang yang lain menjualnya 3 ribu. 

Motorku di parkir di depan sebuah warung kelontong, dan seorang juru parkir, masih tetap yang sama dengan minggu lalu, tersenyum menyapaku, "Wah..gasik mbak". Seketika itu juga aku kagum, tertarik dengan stylenya yang juru parkir banget. Di jam yang paling asik untuk berselimut , tidur dengan istri, anak atau guling kesayangan, dia malah sudah berompi dengan tulisan "crew". Mengatur lapak-lapak, mobil, motor agar semua tertib, rapi, aman terkendali.

Satu lagi, dia, si Juru parkir, masih muda, tinggi, hitam, sangar tapi...bisa bangun sepagi ini. Padahal anak muda jaman sekarang, lebih memilih tidur semalam mungkin dan bangun sesiang mungkin. Bermalas-malasan di rumah dengan bau liur yang tumpah di mana-mana. Ya..secaara, dia sudah berbini, anaknya perempuan kecil,lucu. Berarti dia juga termasuk lelaki yang betanggung jawab. Sippp tambah lagi satu point plus buat "si Juru parkir".

Selasa, 16 Oktober 2012

PERGESERAN

Pergeseran, itulah sebuah fase yang kualami saat ini. I’m 22.. Perguruan tinggiku usai dan susuai tahap yang entah di buat siapa, inilah waktunya membuat atau tepatnya menjadi mesin penghasil uang. Ini bukan perihal gampang, terutama bagi orang-orang sepertiku. Teman-temanku terkaget-kaget ketika ku katakan “I’m jobless and my profesion is jobseeker”. Sedikit banyak mereka tau reputasiku, sayangnya itu tidak berlaku di dunia yang baru. Melompat dari satu situs kesitus lainya, meng-klik setiap kesempatan yang sekiranya mampu kulakukan, apa saja. Aku sampai hafal web yang menyediakn informasi lwongan kerja, dari yang high quality sampai low end. Tapi juga bukan asal sikat, menurutku sendiri, aku pemilih. Penganguran sombonglah.. istilahku.
Aku bebrapa kali gagal di tahap akhir, etahlah. “Mungkin belum rejeki, atau.. Tuhan sedang menyiapkan yang lebih baik, atau.. Itu bukan pekerjaan yang cocok” begitulah nasehat mereka. Cukup untuk mengutuki diriku, betapa bodohnya aku. Aku percaya pada ucapan mereka dan sebagian nasehatku sendiri. Hanya.. terkadang itu terasa menyedihkan.
Aku mau membangun jembatanku sendiri, meski itu dari bambu. Bantu aku ya... sang Maha Segalanya... Bantu aku dengan keterbatasan, sedikit kemampuan dan usaha yang ku lakukan. Bantu aku, seperti Engkau membantuku selalu. Seperti saat-saat sulit itu..
Kringgggggggggg.... dering telpon, Jogja.

Rabu, 25 Juli 2012

Jumat, 18 Mei 2012


When I was One and Twenty_Alfred Edward Housman

WHEN I was one-and-twenty
I heard a wise man say,
?Give crowns and pounds and guineas
But not your heart away;

Give pearls away and rubies
But keep your fancy free.?
But I was one-and-twenty,
No use to talk to me.

When I was one-and-twenty
I heard him say again,
?The heart out of the bosom
Was never given in vain;
?Tis paid with sighs a plenty
And sold for endless rue.?
And I am two-and-twenty,
And oh, ?tis true, ?tis true. 

Puisinya cocok buat kita atau mereka yang belum genap 22 tahun, belum genap jatuh cinta, belum genap berpikir dan patah hati. Biar saja, itu bagian dari dunia yang memang sudah jauh lebih berumur. Mungkin sewaktu dia 21 jelas sama belum genapnya dengan kita saat itu.